Rabu, 27 Maret 2013

Tulang Rusuk yang Bengkok


Entah dari kapan ku mendengar adanya kalimat yang mengatakan “Jangan mematahkan tulang rusuk kita, dan jangan pula otak kita bengkok karena tulang rusuk kita.” Sungguh penuh dengan makna dari kalimat itu, dan akhirnya itu pun pernah ku alami secara tidak langsung. Entah darimana memulainya cerita yang satu ini, agak eksentrik dan penuh dengan konspirasi. Entah bagai mana orang lain menilainya tapi bagiku ini suatu liku dalam kehidupan yang penuh dengan kenangan. Kisah ini dimulai ketika dalam masa peralihan, peralihan dari remaja labil menjadi setengah dewasa.
Masa Sma tahun pertama tak banyak ketertarikan ku untuk dekat dengan seorang wanita, kenapa? Karena tahun pertama itu tahun neraka bagi siswa baru. Banyak kejadian yang tidak enak yang ku alami, tapi biarlah biar itu menjadi pengalaman hidup. Banyak yang mengikuti kegiatan dan eskul aku lebih memilih diam dan santai, sungguh sangat malas sekali harus beradaptasi di lingkungan yang baru. Mungkin  hanya dua orang teman saja yang ku kenal yaitu Jaja dan Andi. Tapi ketika Septian masuk sekolah ada yang berubah dalam masa SMA. Dia menanyakan tentang aku, padahal dulu di SMP aku kurang begitu dikenal. Tapi ketika aku pindah ke Bogor banyak yang mengenalku padahal aku belum tentu mengenal mereka, agak aneh bagiku terkenal karena ketiadaannya. Lalu ku diberitahu oleh Septian bahwa ada teman lama yang menanyakan ku, Rizka namanya teman sebangku di SMP kalo gak salah. Tapi aku dan Rizka hanya cukup kenal saja karena teman lama, pertemuan dengan Rizka itu sebagai penutup tahun pertama di SMA. Karena Septian berhenti sekolah jadinya aku tidak memiliki teman dekat lagi
Tahun kedua begitu rumit karena harus berhadapan dengan pilihan harus ikut eskul, sampai sampai dipanggil Wakasek maka mulai lah masuk lagi ke dalam neraka eskul. Masuk eskul maka harus juga jadi pengurus Osis karena di akademik nilaiku cukup bagus. Neraka organisasi lebih mengerikan rupanya, tapi dari sinilah ku mulai mengenal seorang wanita. Wanita yang satu divisi dalam Osis, yang terkenal pendiam dan judes. Pendiam dan judes itu bedanya tipis jadi agak rishi juga sebenarnya bersamanya pada awalnya. Waktu berlalu seiring dengan berjalannya neraka dunia, tak tau dari mana muncul perasaan tenang dan damai, ketika itu muncul awalnya aku ragu punya perasaan suka padanya yang kubisa hanya menegaskan dulu perasaan dalam benak ini. Tak sampai dua bulan aku pun berpacaran dengannya “tanpa sengaja”, Tina namanya Cinta Pertama di SMA hari itu 19 Oktober 2009. Selama berpacaran dengannya aku masih tidak bisa mengontrol emosi, tapi sebisa mungkin untuk tidak menyakiti perasaannya. Selama hampir satu tahun berpacaran banyak sekali yang kualami dengannya, setidaknya teman- teman ku bertambah seiring dengan hubungan kami dan hari hariku lebih berwarna selama tahun kedua di sekolah. Tak semua hubungan berjalan baik, pasti banyak halangan dan rintangan namun dapat ku jalani dan bertahan bersamanya sampai setahun.
Tahun ketiga sangat rumit sekali, eskul dan Osis semakin terasa berat rasanya karena banyak sekali adik kelas yang orang tuanya protes disebabkan eskul dan persiapan menghadapi ujian nasional. Tak adanya waktu untuknya membuatku mengambil keputusan untuk berpisah dengan Tina, agar dia dapat berkonsentrasi dengan ujian nasional dari pada memikirkanku yang sedang banyak masalah dan daripada aku menyakiti perasaannya akibat beban pikiran yang kualami. Aku sendiri tak menyagka putus itu membawa sebuah kebaikan dan keburukan diantara kami. Sebulan berlalu kami putus, dalam suatu perjalanan aku bertemu kembali dengan Rizka. Tak disangka dia menyatakan perasaannya, tak kukira aku bingung harus bagaimana akhirnya aku menerimanya. Masalah datang lagi kepadaku Tina sangat marah ketika dia tahu aku berhubungan dengan orang lain, itu konsekuensi atas keputusanku. Ternyata Rizka dan aku tidak saling cocok hubungan penuh dengan perbedaan pendapat, hanya seminggu lamanya dan karena banyak sekali alasan akhirnya kami berpisah. Mulailah keterpurukan melanda diriku saat aku ingin berpaling kembali kepada Tina, ternyata dia sedang dekat dengan pria lain teman dekatku sendiri aku bingung harus berbuat apa. Emosiku semakin tak terkontrol untunglah ada Jaja, Alan dan Diyana mereka selalu ada sebagai penghibur hati yang penuh emosi ini. Yang ada hanyalah penyesalan, namun datang lagi wanita yang mendekatiku Uun. Akupun berpacaran dengannya meskipun aku menyesal karena hubungan ku dengannya adalah masa kelam dalam hidupku dan banyak sekali kesalahan yang kulakukan padanya. Maaf saja tak cukup, karena perkataan ku padanya tidak indah dan sering merendahkannya. Tak ada keinginan kuat untuk serius dengan Uun, apa daya tak enak mencintai seseorang yang memang tak sesuai keinginan hati. Uun lebih sering kuanggap sebagai teman dalam mengobrol. Prasangka buruk terhadap Tina yang dekat dengan orang lain menjadi penyakit hati yang membutakan hati dari kenyataan yang sebenarnya. Ketika sekolah akan berakhir dan aku akan lulus dari SMA barulah aku ketahui kebenaran yang pahit dan menyesakkan hati. Tina ternyata masih suka dan cinta padaku, perasaannya padaku tak pernah berubah sejak kami putus, kedekatannya dengan teman dekatku hanyalah hubungan teman biasa. Aku hanya bisa kesal dan diam seribu bahasa. Kenapa harus Berliku seperti ini kisah cinta ini, tak kusangka perasaannya masih sama. Kenapa aku harus buta karena cemburu, kenapa dia harus diam seribu bahasa selama ini, kenapa aku tidak peka terhadapnya. Penyesalan yang menyesakkan di dalam hati.
Dari waktu tiga tahun itu, aku mengerti apa itu arti kalimat “Jangan mematahkan tulang rusuk kita, dan jangan pula pikiran kita bengkok karena tulang rusuk kita.” Hidup ini penuh rahasia jangan pernah berhenti mencintai Tulang Rusuk kita selama kita mencintainya karena dia pun tidak akan pernah berhenti mencintai kita. Dan jangan pernah mengikuti keinginan yang belum baik dari Tulang Rusuk yang malah membelokkan pikiran kita. Apabila bengkok pikiran menjadi terbelenggu akan kebenaran yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah penyesalan dan kebodohan semata, tetapi semua itu sudah menjadi memori yang berharga di pikiran ini dan menjadi guru yang baik dalam hidup ini.

Selasa, 26 Maret 2013

Prematur


Prematur serasa tak asing di telinga ini, dimulai saat lahir sampai sekarang kata itu selalu terngiang di telinga. Kelahiran prematur di dunia ini adalah yang pertama kali kudengar terasa aneh rasanya di telinga. Keanehan dimulai dengan keanehan orang sekitar ketika ku pulang ke kampung halaman. Seolah aku adalah anak emas, mereka selalu menanyakan namaku dan keadaan ku sambil memeluk ku. Waktu itu umur tiga tahun aku mengerti akan artinya prematur dalam kelahiran ini. Walau berlinang air mata saat tau arti prematur itu, tapi itulah kenyataan.
Kemandirian prematur yang selanjutnya, ketika diriku mulai belajar untuk pergi dan pulang ke kampung halaman sendiri. Meskipun tak banyak yang dipikirkan mengenai kemelut dalam kehidupanku mengenai kenapa kahidupanku terbagi menjadi dua keluarga. Usia menapaki umur enam tahun dimana baru mengenal pergaulan di sekolah dasar selama dua tahun lamanya. Bermain dan belajar berpergian sendiri itu bukanlah hal yang asing. Karena hati ini mulai terbiasa akan perjalanan. Perjalanan panjang yang ditapaki oleh kaki-kaki kecilku yang rentan.
Keputusan prematur, dimana aku seorang anak yang belum beranjak remaja menemukan arti sederhana dari keputusan. Keputusan yang penuh dengan pertimbangan sederhana akan artinya kebebasan, keinginan dan suara isi hati. Menemukan kebaikan bagi diri sendiri ketika masih dalam masa anak-anak dianggap suatu yang belum tentu baik menurut orang disekitar kita. Keinginan dan doktrin orang lain kadang memaksa tubuh, pikiran dan hati kita bekerja keras yang malah melelahkan. Keinginan dan kehendak itu datang dari sendiri karena jika tidak berubah maka ku akan terbawa aliran yang membawaku entah kemana.
Hubungan prematur mungkin yang merubah semua pandangan ku saat remaja. Dimulai dengan kesan yang tidak mudah bagi seorang remaja. Aku yang seseorang yang baru pindah kurang biasa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru tapi itu membuatku tak patah semangat. Sampai akhirnya ku tau apa itu namanya rasa suka dan merealisasikannya. Seorang pacar di masa remaja itu rasanya luar biasa. Karena itu membuatku takut berjuta rasa, dimulai dengan kekakuan super yang membuatku menjadi remaja yang bodoh. Ah masa bodoh, itu cinta pertama dan itu masa mudaku. Masa dimana aku mulai berubah dalam memandang hubungan antar manusia itu tak sesederhana yang ada di buku PPKN dan IPS. Tapi syukurlah pengalaman pertamaku ini bukanlah hal yang yang memunculkan atmosfir kegelapan di hati. Perjalanan ini semua dilakukan dengan penuh keyakinan, meskipun dia kecewa. Kekecewaan itu bukan lah tanpa makna, melainkan itu adalah kebaikan yang tertunda. Karena hidup itu banyak membuat kita berubah dalam intrik yang berbeda-beda di masa remaja.
Kedewasaan prematur, keprematuran ini yang berbeda dengan prematur yang lainnya karena ini bukanlah diriku yang menilai diri sendiri tapi orang lain pun ambil bagian dalam. Tak ada batasan dan standar yang berlaku dalam hal ini. Namun orang disekitarku menilai kedewasaan ku itu sangat prematur, sampai-sampai mereka menjauh dan menggangap ku aneh. Namun itu tak membuat ku menjadi terpuruk karena disampingku ada selalu orang-orang yang selalu mendampingiku.

Senin, 25 Maret 2013

A Bit Memories


Memang suatu anugerah memiliki dua pasang orang tua. Meskipun hanya ada satu pasang yang memang merupakan keluarga kandung, tetap satu sama lain saling mengisi dalam ingatan. Kenagan yang tak terlupakan dalam ingatan yang tak terbatas ruang dan waktu yang penuh liku kebohongan. Tak dapat dipungkiri ini merupakan awal pembentukan karakter yang memang membentuk kepribadian ku yang tak masuk di nalar dan pemikiran orang lain.
Kehidupan bukanlah mengenai siapa di dekat kita. Hidup adalah bagai mana kita mencerna hal-hal yang terjadi di dalam ingatan kita. Karena semua kenangan itu adalah suatu file yang nantinya merupakan acuan bagai mana hidup ini aku jalani. Karena jalan hidup kita berbeda meskipun beberapa orang merasakan hal yang sama tapi kita tetap berbeda satu sama lain.
Kenagan memiliki ibu yang hanya kita kenal namanya dan silsilahnya tak menghentikan ku untuk terus hidup. Disampingku ada seorang ibu yang sangat sayang dan rela mengurusku meskipun itu merupakan hal yang jarang masuk diakal. Kenangan akan yang melahirkan dan yang mengurusku tak akan pernah kulupakan selama napas dalam tubuh ini masih ada. Kehilangan seorang panutan dari kecil di masa remaja bukan lah masa yang sederhana meskipun ada seorang ayah yang merindukan anaknya yang terpisah dari kecil.
Mungkin sedikit jahat dan iri akan memori yang ada di ingatan ini, mengingat orang yang melahirkan dan memilih orang yang menurut ku itu adalah yang terbaik. Itulah namanya hidup jika tak ingin tersakiti dan menyakiti ya lebih baik diam saja, tapi diam pun itu menyakiti ku dan orang di sekitar ku. Setiap kehidupan itu rumit dan banyak sekali kontradiksi. Namun semua kontradiksi itulah yang membuat ku berfikir dan mengembangkan pemikiran kita akan kehidupan kita dan seseorang disekitar kita.
Ketika mengambil sikap dan berkomitmen akan keputusan yang kubuat sendiri, itulah jalan hidupku yang sangat ku inginkan dan kuterima apa adanya. Kehidupan bukanlah mengenai menjadi diri kita sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Kehidupan adalah pembawaan kita dalam mencapai tujuan hidup kita yang memang merupakan identitas kita, pribadi kita dan menjadi diri kita sendiri.